MDI.NEWS | Teheran – Ketegangan antara Iran dan Israel terus meningkat memasuki pekan kedua, dengan saling serang udara yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Di tengah memanasnya situasi, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melontarkan peringatan keras kepada Amerika Serikat agar tidak ikut campur, menyebut intervensi Washington akan membawa “konsekuensi yang tak dapat diperbaiki”.
Peringatan tersebut disampaikan dalam pidato televisi pertamanya sejak serangan Israel terhadap wilayah Iran dimulai pada Jumat lalu. Khamenei menegaskan bahwa Iran tidak akan tunduk kepada siapapun, baik dalam perang yang dipaksakan maupun dalam perdamaian yang dipaksakan. Ia juga menanggapi langsung pernyataan bernada ancaman dari Presiden AS Donald Trump.
“Mereka yang mengenal Iran dan sejarahnya tahu bahwa rakyat Iran tidak akan tunduk pada bahasa ancaman,” ujar Khamenei.
Pada hari Rabu malam, militer Israel mengumumkan bahwa mereka berhasil mencegat delapan rudal yang diluncurkan Iran. Sistem pertahanan udara Israel juga dikerahkan sepenuhnya ketika sirene peringatan dibunyikan, dan warga diminta berlindung di tempat-tempat aman. Iran, melalui kantor berita Fars, melaporkan bahwa mereka menggunakan drone penghancur bunker dalam serangan terbaru ke wilayah Israel.
Israel membalas dengan melancarkan sejumlah serangan udara ke Teheran dan beberapa wilayah Iran lainnya sepanjang hari.
Sementara itu, Presiden Trump kembali menyulut api ketegangan dalam komentarnya di halaman Gedung Putih saat upacara pengibaran bendera. Ketika ditanya apakah AS akan ikut menyerang Iran, ia menjawab, “Bisa saja saya lakukan. Bisa juga tidak. Tak ada yang tahu apa yang akan saya lakukan.” Trump bahkan menyebut bahwa Iran saat ini “benar-benar tanpa pertahanan”, klaim yang dibantah oleh pihak Iran yang menyatakan berhasil menjatuhkan drone dan jet tempur milik Israel.
Trump juga mengklaim bahwa pejabat Iran telah menghubunginya dan menyatakan keinginan untuk berkunjung ke Gedung Putih—klaim yang segera dibantah keras oleh misi Iran di PBB.
“Tak satu pun pejabat Iran yang pernah memohon untuk masuk ke Gedung Putih. Kebohongannya hanya bisa disaingi oleh ancaman pengecutnya untuk ‘menghabisi’ Pemimpin Tertinggi Iran,” tulis pernyataan resmi Iran melalui platform X (dulu Twitter).
Dalam pernyataan lainnya, Trump menuntut “penyerahan tanpa syarat” dari Iran dan menyatakan bahwa AS kini memiliki kendali penuh atas wilayah udara Iran. Ia juga menyebut bahwa minggu depan akan menjadi momen yang sangat menentukan, meski tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Di saat bersamaan, militer AS terus memperkuat kehadirannya di Timur Tengah, termasuk dengan pengiriman kapal induk USS Nimitz dan tambahan pesawat tempur.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, dalam wawancara dengan Al Jazeera menyatakan bahwa keterlibatan AS akan memicu perang besar di kawasan. “Setiap intervensi Amerika adalah resep menuju perang total di wilayah ini,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa Iran saat ini berada di bawah serangan dari rezim yang ia sebut “genosidal”, dan menegaskan bahwa Teheran akan membalas dengan kekuatan penuh. Baghaei juga mengungkapkan keyakinannya bahwa negara-negara Arab di sekitar Iran tidak akan mengizinkan wilayah mereka digunakan sebagai pangkalan serangan AS.
Ketegangan ini menempatkan kawasan Timur Tengah di ujung tanduk, dengan banyak pihak internasional menyerukan penurunan eskalasi sebelum konflik ini berubah menjadi perang regional terbuka. Namun hingga kini, belum ada tanda-tanda dari pihak-pihak terkait untuk menghentikan serangan ataupun retorika panas yang terus bergulir.