width=
width=

Mahasiswa Unisma Kampanyekan Pencegahan Kekerasan dan Bullying lewat Media Sosial

MDINEWS| BEKASI, – Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi kembali menggelar kegiatan observasi dan pengabdian masyarakat di Aula Lantai 3 PABU Foundation, Kota Bekasi, pada Senin (7/7/2025). Kegiatan ini mengusung tema “Pengabdian Masyarakat melalui Kampanye Media Sosial dan Sosialisasi Pencegahan Kekerasan dan Bullying di Lingkungan Sosial Menengah.”

Acara ini dihadiri oleh Pembina PABU Foundation, DR. H.C. H. Qodiran, S.Pd.I., M.Si., Sekretaris Lukmanul Hakim, dosen Unisma Dila Novita, S.Sos., M.Si. dan Amanda Morlian, S.Sos., M.Si., serta puluhan mahasiswa Ilmu Administrasi Negara dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unisma Bekasi.

Dalam sambutannya, Qodiran menyampaikan apresiasi atas sinergi yang telah terjalin antara Unisma dan PABU Foundation. Ia menyebut kegiatan ini sebagai langkah konkret edukatif yang penting untuk menumbuhkan kesadaran akan bahaya kekerasan, khususnya di lingkungan sekolah dan masyarakat.

“Kami menyambut baik kerja sama ini. Ini bukan sekadar mempererat silaturahmi, tetapi juga menjadi sarana edukasi yang sangat bermanfaat bagi anak-anak binaan kami. Harapan kami, pesan yang dibawa mahasiswa dan dosen Unisma mampu menumbuhkan semangat bersama dalam mencegah kekerasan di lingkungan sosial,” ujar Qodiran.

Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi kurikulum mata kuliah Kampanye Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Unisma Bekasi. Mahasiswa yang tergabung dalam Tim Komunikasi Kejayaan ditugaskan untuk melakukan kampanye non-politik, yakni kampanye kebijakan pemerintah terkait isu sosial, seperti pencegahan kekerasan dan perundungan di kalangan pelajar.

Dosen Unisma, Dila Novita, menjelaskan bahwa fokus kampanye adalah isu kekerasan verbal, fisik, hingga perundungan (bullying) yang kerap terjadi di sekolah-sekolah dari jenjang TK hingga perguruan tinggi.

“Kita ingin menanamkan kesadaran bahwa candaan merendahkan, intimidasi, dan sikap diskriminatif bukanlah hal sepele. Itu semua adalah bentuk kekerasan menurut regulasi pemerintah,” ujar Dila.

Ia juga menekankan pentingnya menjadi agen perubahan sejak dini dengan mulai berani melawan kekerasan di lingkungan terdekat.

Sementara itu, Amanda Morlian dalam sesi pemaparan mengungkapkan bahwa korban bullying kerap kali memilih diam, yang justru ditafsirkan pelaku sebagai kelemahan.

“Ketika kalian diam, pelaku justru berpikir bisa terus menekan. Lawan secara tegas, tapi tidak dengan kekerasan,” tegas Amanda.

Ia juga menjelaskan bahwa bullying fisik termasuk dalam kategori kekerasan dan bisa dikenai sanksi hukum sesuai Undang-undang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman minimal 3 tahun penjara dan denda hingga Rp72 juta.

Amanda menegaskan bahwa korban berhak melapor dan mendapatkan perlindungan. Ia juga mengingatkan pentingnya peran saksi, baik teman maupun guru, dalam memberikan dukungan dan pendampingan kepada korban.

“Jangan takut untuk melapor. Jika mengalami dorongan atau ejekan, sampaikan kepada guru atau pihak sekolah. Itu adalah hak kalian,” pungkasnya.

Amanda juga menyoroti budaya geng di kalangan anak perempuan yang sering memicu bullying sosial seperti pengucilan. Ia menyampaikan empat pesan utama untuk siswa yang menjadi korban:

1. Jangan diam jika menjadi korban.

2. Lawan dengan sikap berani dan asertif.

3. Laporkan kepada pihak yang dipercaya.

4. Buktikan kemampuan diri, dan jangan berubah hanya untuk diterima orang lain.

 

Sebagai penutup, kegiatan ini juga menampilkan enam langkah strategis dalam mencegah bullying di sekolah:

1. Edukasi Rutin tentang Bullying

Sosialisasi melalui kelas dan upacara bendera untuk meningkatkan pemahaman siswa.

2. Pembentukan Satgas Anti-Bullying

Tim khusus di sekolah untuk menindaklanjuti laporan secara cepat.

3. Pelibatan Semua Pihak

Kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, dan tenaga kependidikan.

4. Aturan dan Sanksi yang Tegas

Penerapan aturan tertulis yang konsisten terhadap pelaku bullying.

5. Budaya Apresiasi dan Empati

Mendorong sikap saling menghargai dan peduli antar siswa.

6. Pendidikan Karakter Terintegrasi

Penanaman nilai toleransi, kejujuran, dan tanggung jawab dalam pembelajaran.

Kegiatan ini mendapat sambutan antusias dari peserta dan diharapkan menjadi langkah awal dari kolaborasi jangka panjang antara Unisma Bekasi dan PABU Foundation dalam menangani isu-isu sosial, khususnya kekerasan terhadap anak dan remaja.

Penulis: Sastra Suganda Editor: Ilyas
banner 1600x1200